Gonjang ganjing peralihan sistem penyiaran televisi analog ke digital sudah cukup lama didengungkan oleh pemerintah/Kominfo, bahkan sejak 2011, beberapa kota besar di Indonesia sudah bisa menangkap siaran digital milik TVRI dan Metro TV. Tetapi entah masalah apa yang mendera proses migrasi ini hingga setelah beberapa kali berganti mentri Komunikasi dan Informatika, permasalahannya tak juga usai.
Kabarnya ada yang tidak “rela” atas transformasi analog to digital ini. Siapakah mereka? Tentu saja yang punya kepentingan terhadap bisnis penyiaran televisi. Pengelola bisnis tv kabel eksisting (?) Ada pihak yang mengajukan keberatan melalui jalur hukum atas rencana Analog Switch Off (ASO) ini. Tidak hanya itu, pembahasan undang-undangnya di parlemen juga tidak kunjung membuahkan kabar baik, bertahun-tahun. Inilah yang membuat nasib penyiaran televisi digital di Indonesia semakin tidak jelas juntrungannya.
Berbicara tentang teknologi televisi digital sebetulnya menyenangkan. Kita sebagai penonton akan dimanjakan dengan kualitas teknis yang jauh lebih baik daripada siaran televisi konvensional. Sepanjang broadcaster memiliki kualitas yang baik, pemancar dan video yang ditayangkan, kita bisa menontonnya minimal setara tayangan DVD. Sejauh ini masih TV nasional yang bisa memberikan jaminan ini.
Beberapa stasiun TV lokal dengan modal pas-pasan yang “memaksakan diri” untuk bersiaran, tidak bisa mengejar kualitas yang saya maksud tadi. Sehingga konten dan kualitas teknis siaran lemah, berimbas-lah pada jumlah penonton yang diraih, tentunya.
Bagi yang tinggal di Jabodetabek, sebagian besar siaran TV digital sudah bisa dinikmati dalam kualitas High Definition (HD) termasuk TVRI Nasional dan TVRI Sport HD. Selebihnya televisi swasta nasional bermodal besar seperti grup Transmedia dan Emtek.
Untuk kota Bandung, siaran HD yang bisa ditangkap (setidaknya hingga tulisan ini dibuat bulan Maret 2020), antara lain Metro TV, CNN Indonesia dan CNBC Indonesia.
Lalu bagaimana caranya untuk dapat siaran TV digital? Mudah saja, coba cek pesawat televisinya, apakah mendukung teknologi siaran digital dengan tanda tulisan DVB-T2 di body TV atau spesifikasi user manualnya. Jika tidak, cukup beli Set Top Box, alat semacam dekoder yang dijual bebas di toko elektronik dan online shop dengan kisaran harga 250-350 ribu rupiah. Jangan lupa gunakan kabel HDMI untuk hasil gambar terbaik.
bangbule.tech.blog 